Observasi Pembuluh Darah Kapiler pada Kecebong
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Observasi Pembuluh Darah Kapiler pada Kecebong dan Uji Golongan Darah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang Diampu Oleh Siti Nurkamilah,
M.Pd
Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Rika Padilah 15542032
2. Algi Nur Iman 15543003
3. Shopa Sopiyatul M 15543012
4. Dini Julianti 15544008
5. Arfah Fauziah 15544010
6. Reni Rosita 15544012
Kelas 3B / Semester 5
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STKIP GARUT
2017
PRAKTIKUM I
I. Judul Praktikum
Observasi Pembuluh Darah Kapiler pada Kecebong.
Observasi Pembuluh Darah Kapiler pada Kecebong.
II. Tujuan
- Untuk mengetahui aliran darah pada kecebong.
- Untuk membedakan dan mengetahui aliran pembuluh darah arteri dan vena pada ekor kecebong.
- Untuk mengetahui aliran darah pada kecebong.
- Untuk membedakan dan mengetahui aliran pembuluh darah arteri dan vena pada ekor kecebong.
III. Alat Bahan
Alat
Bahan
IV. Langkah Kerja
- Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
- Dipilih objek pengamatan berupa seekor kecebong yang ukurannya sedang agar memudahkan dalam pengamatan.
- Kemudian diletakkan kecebong tersebut di dalam cawan petri.
- Disiapkan kapas yang telah ditetesi alcohol 70% sebanyak 2 tetes.
- Setelah itu, kecebong dibius terlebih dahulu menggunakan kapas yang telah ditetesi alcohol 70%.
- Jika telah pingsan maka dilakukan pengamatan aliran darah pada ekor kecebong dengan menggunakan mikroskop.
- Diambil gambar hasil pengamatan.
V. Landasan
Teori
Dalam proses kehidupan organisme
diperlukan makanan dan O2 untuk melaksanakan metabolisme
diseluruh tubuh dan dihasikan sampah (sisa) yang harus dikeluarkan oleh tubuh.
Peredaran materi (bahan-bahan yang diperlukan tubuh) oksigen dan sisa-sisa
metabolisme dilakukan oleh sistem transportasi (sistem perderan darah).
Dalam sistem sisrkulasi, hasil
pencernaan makanan dan oksigen diangkut dan diedarkan ke seluruh tubuh, sedangkan dari jaringan tubuh akan menuju organ-organ pembuangan.
Diantara hewan tingkat tinggi dan
hewan yang lebih sederhana terdapat perbedaan sistem sirkulasi. Misalnya
sistem transpor pada protozoa dan hewan rendah lainnya terjadi dengan difusi.
Pada hewan metazoa (bersel banyak) yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya pada manusia
peredaran darahnya telah melalui pembuluh. Sistem transportasi hewan metazoa
disusun oleh organ-organ berupa jantung, pembuluh-pembuluh darah dan darah.
Ada dua sistem peredaran darah dengan pembuluh, yakni sistem peredaran darah terbuka dan tertutup. Sistem peredaran
darah terbuka (lakuner) kita jumpai pada mollusca dan arthropoda, sedangkan
sistem peredaran darah tertutup terdapat pada annelida dan vertebrata.
Amphibia umumnya didefinisikan
sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup di dua alam, yaitu di
air dan di daratan. Amfibia bertelur di air, atau menyimpan telurnya di tempat
yang lembab dan basah. Ketika menetas, larvanya yang dinamai berudu hidup di
air atau tempat basah tersebut dan bernapas dengan insang. Setelah beberapa lama, berudu kemudian
berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa, yang umumnya hidup di
daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan bernapas dengan paru-paru.
Sistem peredaran darah pada katak
berupa sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda . Darah
yang miskin oksigen dari berbagai
jaringan dan organ-organ tubuh mengalir ke sinus venosus menuju atrium kanan.
Darah dari atrium kanan mengalir ke ventrikel kemudian menuju ke arteri
pulmonalis dan masuk ke paru-paru. Dari paru-paru di lepaskan CO2 dan
O2 diikat, kemudian menuju ke atrium kiri. Peredaran darah yang
terjadi adalah peredaran darah kecil, selanjutnya dari atrium kiri darah mengalir ke
ventrikel maka terjadi pencampuran darah yang mengandung O2 dengan darah
yang mengandung CO2 meskipun dalam jumlah sedikit. Dari ventrikel, darah keluar melalui traktus arteriosus(batang nadi) ke aorta yang bercabang ke
kiri dan kanan. Masing masing aorta bercabang 3 arteri yaitu arterior
mengalirkan darah ke kepala dan ke otak, lengkung aorta mengalirkan darah ke
jaringan internal dan alat dalam tubuh, dan arteri posterior mengalirkan darah
ke kulit dan paru-paru.
Arteri adalah pembuluh dengan tekanan
besar, sehingga memungkinkan untuk menyalurkan darah sampai ke kapiler-kapiler,
kapiler memiliki tekanan yang paling kecil, dan setelah keluar ke vena
tekanannya lebih besar di banding kapiler. Kartolo (1993). Pada berudu sistem
peredaran darah pada arteri mengalir dengan cepat dan menuju
ke ekor.
Seluruh darah yang masuk ke jantung
melalui vena mempunyai kadar O2 yang rendah dan CO2 yang
tinggi, darah tersebut disebut darah vena. Pada kecebong atau berudu darah vena
mengalir dengan lambat menuju ke
kepala.
VI. Hasil Pengamatan
Gambar hasil pengamatan mikroskop
Video hasil pengamatan dari mikroskop yang disalin ke lembar kerja
VII. Pembahasan
Berudu atau kecebong
merupakan tahap pra-dewasa (larva) dalam daur hidup amfibi yang berespirasi
menggunakan insang sehingga sistem peredaran darah pada kecebong menyerupai
sistem peredaran darah pada ikan. sistem
peredaran darah pada kecebong merupakan sistem peredaran darah tunggal,
yaitu darah melewati jantung sekali dalam setiap peredaran. Sistem peredaran
darah pada kecebong terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri
atas satu ventrikel dan satu atrium, sedangkan pembuluh darah terdiri atas
pembuluh arteri, pembuluh vena, dan kapiler.
Praktikum pengamatan
aliran darah pada kecebong difokuskan pada bagian ekornya, karena lapisan kulit
pada bagian ekor lebih transparan dibandingkan lapisan kulit di daerah lain sehingga memudahkan dalam pengamatan. Ketika
diamati di bawah mikroskop dapat terlihat dengan jelas proses peredaran darah
yang terjadi di dalam tubuh kecebong. Terdapat pembuluh arteri, pembuluh
vena, dan kapiler yang dapat diamati
perbedaanya dilihat dari ukuran pembuluh, arah alirannya, dan kecepatan
alirannya. Pembuluh arteri dan vena mengalirkan darah lebih cepat dari pada
pembuluh kapiler karena ukuran pembuluh arteri dan vena lebih besar dari
pembuluh kapiler. Pembuluh arteri pada kecebong yang mengalir ke arah ekor dan memiliki aliran yang lebih cepat dari pembuluh vena,
sedangkan pembuluh vena yang mengalir ke arah kepala atau ke arah jantung dan memiliki aliran yang lebih
lambat. Untuk menghubungkan antara pembuluh arteri dan pembuluh vena, darah
akan masuk melalui kapiler. Kapiler merupakan tempat pertukaran air, gas, serta
nutrisi lainnya. Darah dari pembuluh arteri yang mengandung banyak oksigen akan
masuk ke kapiler dan terjadi pertukaran gas sehingga darah diteruskan ke
pembuluh vena dengan membawa banyak karbon dioksida.
Mekanisme aliran
darah pada kecebong
Seluruh darah yang masuk
ke jantung melalui vena mempunyai kadar oksigen yang rendah. Otot bilik akan
memompa darah keluar dari jantung melalui arteri menuju kapiler di dalam insang
yang merupakan tempat terjadinya pertukaran gas CO2 dan O2. Darah
dari insang akan melewati arteri dan disalurkan ke arah ekor dan masuk ke
bagian kapiler, kemudian darah yang mengandung karbon dioksida akan masuk ke
pembuluh vena.
VIII.
Kesimpulan
- Sistem peredaran darah pada kecebong termasuk peredaran darah tunggal, yaitu darah melewati jantung sekali dalam setiap peredaran. Sistem peredaran darah pada kecebong terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas satu ventrikel dan satu atrium, sedangkan pembuluh darah terdiri atas pembuluh arteri, pembuluh vena, dan kapiler.
- Perbedaan antara pembuluh arteri, pembuluh vena dan kapiler sebagai berikut .
Perbedaan
|
Arteri
|
Vena
|
Kapiler
|
Arah aliran
|
Dari arah kepala (jantung) menuju ekor
|
Dari ekor menuju arah kepala (jantung)
|
Dari arteri menuju vena
|
Ukuran
|
Kecil
|
Besar
|
Lebih kecil dari
arteri dan vena
|
Kecepatan aliran
|
Lebih cepat
|
Lebih lambat
|
Paling lambat
|
XI. Daftar Pustaka
Informasi Aliran Darah Kecebong. Tersedia:
http://astiepd.blogspot.co.id/2014/04/aliran-darah-pada-kecebong24.html. Diakses : 22-12-17
VIII. Kesimpulan
PRAKTIKUM II
I. Judul Praktikum
Uji golongan darah
Bahan
IV.
Langkah Kerja Golongan Darah
a.
Disiapkan alat dan
bahan.
b.
Dibersihkan jari
menggunakan kapas yang telah direndam
dalam alkohol 70%.
c.
Kemudian ditusuk
jari tersebut menggunakan blood lancet
steril.
d.
Dihapus tetesan
darah pertama menggunakan kapas beralkohol steril hingga bersih.
e.
Setelah itu, pijat
jari tersebut dengan perlahan hingga keluar darah dari luka tadi, selanjutnya
diteteskan darah yang keluar pada gelas objek di empat tempat yang berbeda.
f.
Diteteskan satu
tetes antisera/antigen A pada sisi yang paling kiri dari tetesan darah
tersebut, dengan cara yang sama teteskan satu tetes antisera/antigen B, AB, dan
rhesus secara berurutan. Untuk satu tetesan darah dimasukkan hanya satu tetesan
antisera. Jadi, pada empat tetesan darah hanya dimasukkan satu jenis dari 4
antisera/antigen yang berbeda.
g.
Diaduk setiap
tetesan antisera yang telah bercampur dengan
darah menggunakan ujung tusuk gigi secara terpisah.
h.
Setelah diaduk,
diamkan beberapa saat, perhatikan apa yang terjadi pada masing-masing campuran
darah dan antisera/antigen tersebut, campuran mana yang terjadi penggumpalan
dan mana yang tidak terjadi penggumpalan.
i.
Dicatat hasil
pengamatan.
V. Landasan Teori Golongan Darah
Golongan darah adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai.
Golongan darah manusia di tentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut:
· Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
· Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
· Individu dengan golongan darah AB memiliki antigen A dan B pada permukaan membran selnya serta tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya.
· Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibodi terhadap antigen A dan B.
Berdasarkan komposisi aglutinogen dan aglutininnya, golongan darah manusia dibedakan menjadi golongan darah A, B, AB, dan O. Penggolongan darah ABO ditemukan oleh seorang ahli imunologi Austria, Karl Landsteiner (1868–1943). Penggolongan darah ini berdasarkan atas terdapatnya dua jenis aglutinogen, yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B.
Aglutinogen dan aglutinin adalah kandungan protein di dalam darah. Aglutinogen merupakan protein berupa antigen, sedangkan aglutinin merupakan protein berupa antibodi. Aglutinogen terdapat pada eritrosit, sedangkan aglutinin terdapat pada plasma darah, seperti yang terlihat pada tabel berikut.
Penggolongan darah
Antigen
|
Antibodi
|
Golongan darah
|
A
|
Anti B
|
A
|
B
|
Anti
A
|
B
|
AB
|
-
|
AB
|
-
|
Anti
AB
|
O
|
- Aglutinin atau Antibodi plasma yang menyebabkan menggumpalnya aglutinogen.
- Aglutinogen atau Antigen terdapat dalam eritrosit.
- Golongan Darah A dapat menerima darah dari golongan darah A dan O, serta hanya dapat mentransfer darah ke gol. darah A dan AB
- Golongan Darah B dapat menerima darah dari gol. darah B dan O, serta hanya dapat mentransfer darah ke gol. darah A dan AB
- Golongan Darah O tidak dapat menerima darah dari golongan darah apapun, tapi dapat mentranfer darah ke semua golongan darah (donor universal).
- Golongan Darah AB dapat menerima darah dari semua gol. darah, tetapi tidak dapat mentransfer darah ke semua gol. darah (resipien universal).
Selain sistem ABO, terdapat penggolongan darah lainnya, yaitu sistem rhesus (rh). Sistem ini didasarkan atas ada atau tidaknya aglutinogen rhesus di dalam darah. Landsteiner menemukan sistem rh ini pada percobaannya terhadap kera Macaca rhesus. Pada sistem rh, apabila darah seseorang mengandung aglutinogen rhesus maka orang tersebut termasuk rhesus positif (rh+). Adapun jika tidak mengandung aglutinogen rhesus, orang tersebut termasuk rhesus negatif (rh–).
VII. Pembahasan Tes Golongan Darah
Di dalam darah, serum adalah komponen yang bukan
berupa sel darah, tetapi merupakan plasma darah tanpa fibrinogen dan juga bukan
factor koagulasi. Serum terdiri dari semua protein (yang tidak digunakan untuk
pembekuan darah) termasuk cairan elektrolit, antibody, antigen, hormone, dan
semua substansi eksogenus. Sehingga kandungan serum tersebut dapat
menggumpalkan darah. Serum A berwarna biru, serum B berwarna kuning, serum AB
berwarna merah, dan serum Rh berwarna abu-abu.
Di dalam plasma darah terdapat antibodi yang disebut agglutinin.
Aglutinin merupakan antibody yang bereaksi dengan antigen dan terdapat pada
permukaan sel darah merah. Sesuai jenis aglutinogen, ada dua jenis agglutinin yaitu
aglutinin α (anti-A) dan agglutinin β (anti-B). Jika kedua agglutinin bereaksi
dengan antigen, sel darah merah akan menggumpal satu sama lain atau mengalami
lisis. Proses yang demikian dinamakan aglutinasi (penggumpalan darah). Ahli ilmu
tentang kekebalan tubuh (imunologi) berkebangsaan Austria, Karl Landsteiner (1868-1943),
mengelompokkan golongan darah manusia menjadi golongan darah A, B, AB, dan O
atau 0 (nol).
Pada praktikum yang kelompok kami lakukan, diambil 6
sampel darah yaitu sampel darah Algi, Reni, Shopa, Rika, Arfah dan Dini. Setiap
sampel darah tersebut dihasilkan reaksi yang berbeda-beda setelah diberikan
serum anti A, anti B, anti AB dan anti D (Rhesus).
Agglutinin A dan agglutinin B dalam plasma (serum)
bersifat bivalen atau polivalen, yaitu pada saat yang sama setelah diteteskan
pada sel darah merah dapat mengikat dua atau lebih sel darah merah sekaligus,
sehingga dapat menyebabkan penggumpalan pada sel darah merahnya. Misalnya, Algi
dan Shopa dengan golongan darah A mengalami penggumpalan pada darah yang
ditetesi antisera A karena individu dengan A pada sel darah merahnya memiliki
anti B pada plasmanya sehingga di dalam plasma individu tersebut, anti A
bereaksi spesifik terhadap antibody pada anti B sehingga terjadi penggumpalan
(aglutinasi). Hal ini menyebabkan golongan darah A jika ditetesi anti B pada
sampel darahnya tidak akan mengalami aglutinasi
karena sama-sama menggabungkan agglutinin B (Anti B) yang dimiliki darah
maupun antisera B ditandai dengan mengencernya darah ketika diaduk (homogen).
Sedangkan Dini J dengan golongan darah B mengalami
penggumpalan pada darah yang ditetesi antisera B karena individu dengan B pada
sel darah merahnya memiliki anti A pada plasmanya sehingga di dalam plasma
individu tersebut, anti B bereaksi spesifik terhadap antibody pada anti A
sehingga terjadi penggumpalan (aglutinasi). Sedangkan jika sampel darah
ditetesi anti A tidak akan mengalami aglutinasi karena yang dimiliki keduanya
hanya agglutinin A (Anti A) sehingga tidak bertolak belakang dan tidak
menyebabkan reaksi yang ditandai dengan penggumpalan. Hal ini pun menyebabkan
darah mengalami pengenceran ketika diaduk dan akhirnya homogen.
Sel darah
merah golongan O yang dimiliki Reni, Rika, dan Arfah tidak mempunyai
aglutinogen. Oleh karena itu, tidak bereaksi dengan serum anti A atau serum
anti B. Darah golongan A mempunyai aglutinogen A sehingga mengalami aglutinasi
dengan agglutinin anti A. Darah golongan B mempunyai aglutinogen B dan
mengalami aglutinasi dengan serum anti B. Darah golongan AB mempunyai
aglutinogen A dan B serta mengalami aglutinasi dengan kedua jenis tersebut.
Ke-6 sampel darah tersebut memiliki golongan darah Rh
positif (Rh+), hal ini membuktikan bahwa darah dari masing-masing
sampel memiliki antigen Rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi
penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti Rh (antibody Rh). Sebaliknya,
jika seseorang memiliki golongan darah Rh negative (Rh-) maka darahnya tidak
memiliki antigen Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negative atau tidak terjadi
penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti Rh (antibody Rh).
VIII. Kesimpulan
·
Sel darah merah
golongan O yang dimiliki Reni, Rika, dan Arfah tidak mempunyai aglutinogen. Oleh
karena itu, tidak bereaksi dengan serum anti A atau serum anti B.
·
Darah golongan A yang
dimiliki Algi dan Shopa mempunyai aglutinogen A sehingga mengalami aglutinasi (penggumpalan)
dengan agglutinin anti A.
·
Darah golongan B yang
dimiliki Dini mempunyai aglutinogen B dan mengalami aglutinasi (penggumpalan)
dengan serum anti B.
·
Darah golongan AB
mempunyai aglutinogen A dan B serta mengalami aglutinasi (penggumpalan) dengan
kedua jenis tersebut (anti A dan anti B).
·
Golongan darah Rh
positif (Rh+) yang dimiliki ke-6 sampel membuktikan bahwa darah
dari masing-masing sampel memiliki antigen Rh yang ditunjukkan dengan reaksi
positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti
Rh (antibody Rh). Sebaliknya, jika seseorang memiliki golongan darah Rh negative
(Rh-) maka darahnya tidak memiliki antigen Rh yang ditunjukkan dengan reaksi negative
atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti Rh (antibody Rh).
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Informasi Uji Golongan Darah. Tersedia:
http://biologylearningcenter.blogspot.co.id/p/pertemuan-2.html?m=1 . Diakses 22 Desember 2017
Komentar
Posting Komentar