SISTEM SARAF DAN OTOT PADA KATAK
LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Sistem Saraf pada
Katak Sawah
(Rana Cancrivora)
dan
Sistem Otot pada Katak
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan yang
Diampu Oleh Siti Nurkamilah, M.Pd
Disusun oleh :
Disusun oleh :
Kelompok 4
Rika Padilah 15542032
Algi Nur Iman 15543003
Shopa sopiyatul M 15543012
Dini Julianti 15544008
Arfah Fauziah 15544010
Reni Rosita 15544012
Rika Padilah 15542032
Algi Nur Iman 15543003
Shopa sopiyatul M 15543012
Dini Julianti 15544008
Arfah Fauziah 15544010
Reni Rosita 15544012
JURUSAN PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS MIPA DAN ILMU
TERAPAN
INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
GARUT
2018
PRAKTIKUM I
I.
Judul
Praktikum
Sistem saraf pada katak sawah
II.
Tujuan
Praktikum
Mempelajari refleks normal dan dekapitasi
pada katak sawah
III.
Alat
dan Bahan
Alat
Bahan
IV. Langkah kerja
1.
Katak
normal
a) Dipegang
katak yang masih hidup dengan tangan kiri dan genggamlah kedua kaki belakangnya, kemudian dekatkan pengaduk atau sonde pada daerah mata. Diamati
refleksi yang terjadi.
b) Disentuh
nares eksternal pada katak tersebut dan perhatikan gerakan nares eksternalnya
c) Diusaplah
bagian tenggorokan sampai bagian perut dan perhatikan gerakan anggota badan
anterior
d) Disentuh
bagian lateral atau dorsal tubuh katak apakah katak tersebut berbunyi
e) Dicelupkan
sonde pada HNO3 pekat kemudian gorekan pada
bagian punggung katak dan amati apa yang terjadi.
f) Dilakukan
sumasi pada rangsang kimia dengan berbeda konsentrasi ( H2SO4 1%, 3%, dan 5% ) kemudian amati responnya.
2. Katak
yang telah didekapitasi
a) Dimasukan
gunting bedah kedalam mulut katak dan angkat kepalannya kemudian gunting di
bagian bawah membran timpani
b) Ditutup
ujung potongan katak tersebut dengan kapas yang telah di basahi NaCl
c) Digantung
katak tersebut pada statif dengan
mengait rahang bawahnya
d) Dimasukan
katak tersebut kedalam air, kemudian perhatikan gerakannya
e) Kemudian
ambil katak dari air lalu terlentangkan katak pada bak bedah, apakah katak
berusaha untuk membalikan badannya atau tidak
f) Selanjutnya
letakan katak pada bidang miring mengarah ke bawah, kemudian perhatikan gerakannya
g) Digantung
kembali katak tersebut pada bagian rahangnya
h) Dilakukan
sumasi dengan rangsang zat kimia
i) Dicelupkan
jari kaki kiri katak tersebut pada larutan lemah ke larutan yang lebih kuat (H2SO4
1%, H2SO4 3%, H2SO4
5% ), kemudian amti responnya
j) Disentuh
jari kaki depan dan belakang dengan sonde yang telah di panaskan
k) Disentuh
bagian ventral dan dorsal dengan sonde yang telah di panaskan.
V. Landasan Teori
Tiap bagian susunan saraf
pusat mempunyai fungsi tertentu. Dengan sifat merangsang ( fasilitasi)
atau menghambat (inhibisi) bagian – bagian tertentu dari otak dan selanjutnya
mengamati reaksi –reaksi yang timbul, dapat di ambil kesimpulan yang
tepat mengenai sfungsi bagian- bagian tersebut. Apabila suktor. jadi atu bagian
tubuh di rangsang ,maka buka bagian itu saja yang bearksi terhadap rangsangan
tersebut, tetapi dapat juga bagian tubuh yang lain. Hal ini terjadi karena bila
suatu reseftor melalui saraf aferen berfusat. Di pusat, rangsangan tersebutdi
teruskan melalaui beberapa saraf asesoris menuju ke beberapa saraf eferen dan
lebih dari satu efektor. Jadi apabila saraf eferen terangsang , efektor-
efektor tersebut akan serempak bereaksi.
Unit dasar aktivitas
integrative saraf adalah busur reflek. Busur ini terdiri dari organ sensorik,
reseptor neuron aferen, satu sinap atau lebih pada integrasi sentral, neuron
neuronaferen dan afektor.pada mamalia dan manusia ,hubungan neuron aferen dan eferen
saraf somatic adalah dalam otak atau medulla spinalis.
Neuro aferen masuk melalui
radiks dorsal atau saraf Karanial dan badan selnya
terletak pada ganglion radiks dorsal atau ganglion yang sejenis dari saraf
kranial. Serabut eferen meninggalkan rangsang melalui radiks ventral atau saraf
motoric granial yang sejenis. Didapatkan dua macam reflex yaitu:
a.
Reflex monosinafs ;duamacam reflex yaitu: Antara serabut
eferen dan aferen (contoh : reflex pada bagian patella atau reflex Achilles ).
b.
Reflex polisinaps yang mempunyai busur reflex dengan lebih dari satu
interneuron diantara neuron aferen dan eferen (contoh: reflex pada kornea mata
).
Aktivitas reflex baik yang
monosinaps dan polisinaps adalah streotipe dan spesik menurut perangsnagn dan
responnya, dimana rangsangan tertentu akan menimbulkan jawaban tertentu pula.
VI.
Hasil pengamatan
1.
Katak Normal
2.
Katak yang telah
didekapitasi
Gambar hasil pengamatan
1.
katak Normal
2.
Katak
yang telah didekapitasi
VII. Pembahasan
Praktikum yang kami lakukan kali ini yaitu
mengenai refleks normal dan dekapitasi pada katak, Pada katak normal yang
diberi perlakuan berupa sentuhan pertama di bagian mata, katak merespon berupa
mata berkedip repleks. Pada sentuhan kedua pada bagian nares katak merespon
dengan memberi tanggapan berupa mata berkedip pelan. Pada sentuhan ketiga
dengan mengusap bagian tenggorokan pada katak tidak melakukan respon dengan
bunyi, dan ketika diberi larutan HNO3
pada bagian punggung katak memberikan respon berupa brontak dan loncat dari
pegangan serta mengeluarkan cairan berwarna kuning.
Pada katak normal dapat merespon dengan
baik hal ini karena katak masih memiliki sistem saraf, yang mana saraf tersebut
dapat menghantarkan stimulus ke otak sehingga terjadi respon pada katak normal.
Respon akan di tanggapi oleh neuron
dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar dan dalam dari
membran. Sel sel dengan sifat ini dapat dirangsang (excitable) dan dapat
diganggu (irritable). Neuron ini segera bereaksi terhadap stimulus dan dapat di
sebarkan keseluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini di sebut
potensial aksi atau implus saraf, mampu melintasi jarak yang jauh, influs sarap
menerima informasi ke neuron lain baik otot maupun kelenjar.
Katak didekapitasi yaitu katak dengan
kondisi otak yang rusak atau otak yang telah di hilangkan. Pada katak yang
telah didekapitasi diberikan rangsangan dengan memasukan katak ke dalam air, kata
merespon dengan menggerakan kaki, ketika katak di simpan di bidang miring katak
tidak melakukan respon apapun, dan ketika katak di celupkan larutan dengan
berbeda konsentarasi yaitu larutan H2SO4
1% kaki katak memberikan respon berupa gerakan, larutan H2SO4
3% kaki katak memberikan respon berupa gerakan dengan cepat, larutan H2SO4
5% kaki katak memberikan respon tetapi
lambat.
Katak yang telah di dekapitasi melakukan
respon lambat hal ini karena sistem saraf otak telah mengalami kerusakan dan
sistem saraf otak hilang/ tidak ada. Sedangkan pada kondisi normal katak
memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat
yang normal sehingga penyampaian influs tidak terganggu.
VIII. Pertanyaan
1. Pada
katak yang telah didekapitasi apakah masih sanggup merespon setiap rangsang
yang di berikan ?
Jawaban :
Katak yang telah
didekapitasi masih bisa melakukan respon setiap rangsangan yang di berikan,
tetapi respon lambat hal ini karena sistem sarap pusat telah hilang
2. Apakah
yang di maksud dengan refleks? Jelaskan bagaimana mekanismenya !
Jawaban :
Gerak refleks atau tindakan refleks adalah gerakan spontan dari setiap
organ atau bagian tubuh yang telah menerima stimulus. Hal ini terjadi tanpa kesadaran
apapun dan langsung, refleks melindungi tubuh dari bahaya
Mekanisme refleks yaitu contohnya rangsangan paku atau
duri yang mengenai kaki akan diterjemahkan oleh alat indera yaitu kulit menjadi
sebuah impuls. Impuls tersebut diteruskan oleh neuron sensorik menuju ke sumsum
tulang belakang. Setelah impuls diolah di sumsum tulang belakang, impuls akan
di jalankan menuju neuron asosiasi. Dari neuron asosiasi impuls bergerak menuju
neuron motorik dan menggerakan otot-otot kaki. Pada akhirnya, akan menarik kaki
ke atas dengan cepat tanpa disadari sebelumnya. Gerakan yang terjadi pada kaki
dikendalikan sepenuhnya oleh sumsum tulang belakang, sedangkan otak sama sekali
tidak terlibat.
IX. Kesimpulan
Pada katak dalam kondisi normal katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu. Katak yang telah di dekapitasi melakukan respon lambat hal ini karena sistem saraf otak telah hilang/ tidak ada, sehingga influs terganggu.
Pada katak dalam kondisi normal katak memberikan respon sangat kuat karena katak masih memiliki sistem saraf pusat yang normal sehingga penyampaian impuls tidak terganggu. Katak yang telah di dekapitasi melakukan respon lambat hal ini karena sistem saraf otak telah hilang/ tidak ada, sehingga influs terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
http://airesspraktikumfiswan3b.blogspot.co.id/
http://tatangsma.com/2015/03/pengertian-gerak-refleks-dan-jenis-gerak-refleks.html
http://dickymau.blogspot.co.id/2015/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html
PRAKTIKUM II
I. Judul
Sistem otot pada katak
II.
Tujuan
-
Mempelajari respon
otot terhadap rangsang elektrik.
-
Mengukur kecepatan
kontraksi tunggal otot rangka.
-
Mempelajari
periode-periode kontraksi otot yang mengalami kelelahan.
III.
Alat dan Bahan
Alat
-
Gunting bedah
-
Kymograph
-
Stimulator
-
Flaw-jaw clamp
-
Double clamp
-
Frog clip
-
Light muscle lever
-
Flat base stand
-
Garputala
-
Pinset
Bahan
-
Katak yang masih hidup
-
Larutan NaCl (0,6%)
-
Kapas
-
Benang
IV.
Langkah Kerja
A. Respon otot terhadap rangsang tunggal dengan
intensitas rangsang yang berbeda
a. Dipasangkan
peralatan yang akan digunakan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan
(kymograph, stimulator, dan peralatan lainnya), hal ini dilakukan sebelum
mengisolasi otot gastrocnemius.
b. Dibuat preparat
dengan cara dipisahkan sebagian tulang dan otot betis femur (betis) dari bagian
tubuh katak yang lainnya menggunakan
gunting, tulang femur dijepit dengan kuat pada penjepit tulang, sedangkan
benang yang mengikat tendon achiles dihubungkan dengan pengungkit otot. Lapisi
otot femur dengan kapas yang mengandung larutan NaCl.
c. Perangsangan otot
dilakukan dengan kawat listrik yang dihubungkan dengan rangsang induksi pada
stimulator atau sumber arus lainnya, sedangkan signal magnet dihubungkan pada
magnet.
d. Untuk rangsangan
pertama Diberikan tegangan arus sekecil mungkin sehingga respon otot yang
dihasilkan minimal. Tromol tidak digerakkan sehingga gerakan ke atas dan ke
bawah hanya menimbulkan satu goresan. Diulangi percobaan di atas dengan
menggunakan tangan.
e. Dilanjutkan
pemberian rangsang dengan kuat, tegangan arus yang lebih kuat dari point d,
dilakukan percobaan sesuai point d.
f. Kemudian
dilanjutkan kembali percobaan tersebut dengan diberikan tambahan kuat tegangan
arus dari percobaan sebelumnya, dihentikan percobaan apabila sudah didapatkan
kontraksi maksimal dari otot tersebut (diperhatikan tinggi goresan yang
dihasilkan masih bertambah atau tidak).
B.Kontraksi Tunggal Otot Rangka
Kontraksi
tunggal otot rangka merupakan hasil rangsangan tunggal, pada umumnya terdiri
atas tiga periode yaitu: periode laten, saat dari mulai pemberian rangsang
sampai mulai timbul respon; periode kontraksim, fase pemendekan; periode relaksasi,
setelah fase pemendekan otot kembali ke keadaan semula.
a. Alat yang
digunakan sama dengan yang digunakan pada percobaan A, ditambah dengan garputala
yang dipasang di bawah signal magnet, pencatatan dilakukan dengan putaran
tromol cepat.
b. Diperhatikan
kedudukan semua jarum pencatat pada tromol. Semua jarum pencatat harus berada
pada bidang vertical yang sama.
c. Diberikan
rangsangan elektrik yang cukup kuat pada otot gastrocnemius tersebut, bersamaan
dengan itu diputar tromol dan digetarkan pula garputalanya.
d. Diulangi percobaan
tersebut, diusahakan grafik yang dihasilkan tidak mengganggu grafik lainnya
yang sudah ada. Jangan diberikan rangsangan apapun pada otot tersebut sebelum
digunakan agar hasil yang diharapkan cukup baik.
e. Ditentukan daerah
mana yang dimaksud dengan daerah periode laten, periode kontraksi dan daerah
periode relaksasi.
C.
Kelelahan
a. Setelah percobaan B
diperoleh hasil yang cukup baik, rangsanglah otot tersebut berkali-kali tanpa
mencatat pada Kymograph.
b. Bila gejala
kelelahan sudah terlihat (diperhatikan perubahan kontraksinya), dibuat
pencatatan kontraksi otot tersebut seperti pada percobaan B.
V. Landasan Teori
Otot
disebut alat gerak aktif karena mampu menghasilkan gerakan tubuh. Jaringan ototseperti jaringan yang lain memiliki sifat peka terhadap rangsangan (sifat
iritabilitas), mampu merambatkan impuls (sifat konduktivitas), mampu
melaksanakan metabolisme dan reproduksi. Sifat jaringan otot yang khas adalah
kemampuannya untuk berkontraksi (sifat kontraktilitas) yang tinggi. Sifat
kontraktilitas ini disebabkan sel-sel otot memiliki protein kontraktil, yaitu
aktin dan myosin yang tidak dimiliki oleh jaringan yang lain.
Sifat
irritabilitas otot ditunjukkan oleh kemampuan otot untuk mengenal dan merespon
rangsangan yang langsung mengenainya, tanpa tergantung dari jaringan saraf yang
biasanya mengaktifkannya. Sifat irritabilitas ini dapat melemah, misalnya otot
dalam keadaan lelah dan dapat meningkat apabila otot dalam kondisi yang optimum
(cukup makanan dan oksigen).
Kemampuan otot bergerak dikarenakan sel
otot mengandung protein kontraktil, yaitu myosin sebagai penyusun filamen
tebal, dan aktin, tropomyosin, troponin, sebagai penyusun filamen tipis. Selama
kontraksi, filamen-filamen bergerak relative satu terhadap yang lain untuk
menghasilkan pemendekan dan tegangan. Pergeseran terjadi akibat siklus jembatan
silang myosin yang berulang-ulang dengan menggunakan energi ATP, yang dipacu
oleh tingkat Ca++ sistolik
yang dibebaskan akibat adanya eksitasi pada membran sel otot. Ada tiga macam
otot, yaitu otot polos, otot rangka, dan otot jantung yang struktur fungsi
serta sifat kontraksinya berbeda-beda.
VII. Pembahasan
Dari pengamatan
yang telah kami lakukan dapat diketahui bahwa otot femur pada katak dapat
memberikan tanggapan gerak berupa kontraksi tunggal otot femur dengan diberikan
arus listrik secara berkala. Dimulai dari intensitas rangsang yang lemah pada
periode laten, yaitu saat dimulainya pemberian rangsang sampai mulai timbul
respon. Kemudian diberikan intensitas rangsang yang cukup kuat hingga memasuki
periode kontraksi, yaitu kondisi ketika otot berkontraksi cukup lama dan
beberapa saat kemudian melambat. Setelah itu, diberikan lagi intensitas
rangsang yang kuat dan tanpa henti yang membuat otot terus berkontraksi dalam
jangka waktu yang lebih lama sampai akhirnya memasuki fase relaksasi, yaitu
fase ketika otot sudah tidak berkontraksi kembali karena ATP (energi) yang
dimiliki otot femur ini sudah habis.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan,
dapat disimpulkan bahwa:
- Salah satu jenis
rangsang yang diberikan adalah rangsang listrik (elektrik) dengan respon otot
berupa rangsang tunggal.
- Semakin besar
intensitas rangsangan yang diberikan pada otot femur maka tanggapan yangdiberikan pun semakin besar dan cukup lama sampai akhirnya berelaksasi kembali.
- Kontraksi tunggal
otot rangka ini umumnya terdiri dari 3 periode, yaitu: periode laten yang
terjadi dari mulai pemberian rangsang sampai mulai timbul respon; periode
kontraksi atau fase pemendekan dan periode relaksasi yang terjadi ketika otot
sudah mulai kehabisan ATP(energi) maka otot kembali pada keadaan semula.
IX. Pertanyaan
IX. Pertanyaan
1.
Sebutkan perbedaan
respon otot terhadap tiga macam rangsangan yang dipakai!
Jawab:
Tiga
macam rangasangan diantaranya adalah rangsang mekanik, rangsang elektrik, dan
rangsang termis. Karena praktikum kali ini hanya menggunakan satu jenis
rangsangan saja yaitu rangsang elektrik, maka kami tidak dapat membandingkan
respon otot terhadap rangsangan lain selain rangsang elektrik.
2. Rangsang manakah yang terbaik untuk dipakai di laboratorium dan mengapa?
2. Rangsang manakah yang terbaik untuk dipakai di laboratorium dan mengapa?
Jawab:
Rangsang
mekanik,karena pelaksanaannya lebih sederhana dan ramah lingkungan.
3.
Apa yang dimaksud
dengan tendon dan apa fungsinya?
Jawab:
Tendon
adalah jenis jaringan lunak yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang dan berfungsi sebagai pereganganserta mekanisme kembali yang mentransmisikan gaya
yang dihasilkan oleh otot ke tulang atau sendi yang terpasang.
4.
Apakah perbedaan
stimulus minimal, stimulus sub maksimal, dan stimulus maksimal?
Jawab:
Stimulus minimal
adalah rangsang kecil yang menimbulkan tanggapan.rangsang yang intensitasnya
bevariasa dari rangsang ambang sampai maksimal. Sedangkan stimulus maksimal
adalah rangsang yang dapat menimbulkan tanggapan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
-
Modul Praktikum
Fisiologi Hewan tentang Otot.
-
Video Demonstrasi
Praktikum Fisiologi Hewan tentang Otot.
Komentar
Posting Komentar