Laporan Praktikum Fisiologi Hewan



LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI HEWAN
Pencernaan Makanan pada
Paramecium caudatum
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Fisiologi Hewan
Yang Di Ampu Oleh Siti Nurkamilah, M.Pd


 Disusun oleh :
          Kelompok 4          
1. Reni Rosita                                  15544012
2. Shopa Sopiyatul Marwah          15543012
 3. Arfah Fauziah                             15544010 
 4. Rika Padilah                                15542032 
 5. Dini Julianti                                 15544008 
6. Algi Nuriman                              15543003 
Kelas 3B  / Semester 5 



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 
STKIP GARUT
 2017    






I.         Judul
Pencernaan makanan pada Paramecium caudatum


II.      Tujuan
        Untuk mengetahui proses siklosis dan pengeluaran sisa makanan yang tidak dicerna (defekasi) 
        pada Paramecium caudatum


III.   Alat Bahan

      Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kultur murni Paramecium sp.


Bahan yang digunakan dalam  pembuatan kultur murni





      Alat  yang digunakan dalam pengamatan pencernaan Paramecium sp


    

      Bahan yang digunakan dalam pengamatan pencernaan Paramecium sp





I.                   IV.    Langkah Kerja

Langkah Ke- I             : Pembuatan kultur murni paramecium
1.       Mempersiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan
2.      Menyiapkan air sawah sebanyak  500ml pada 2 buah gelas kimia  (yang di beri label A dan B) yang berbeda.
3.      Pada gelas kimia yang berlabel A dipanaskan hingga mencapai suhu 100oc, kemudian dinginkan hingga mencapai suhu  37oc.
4.      Pada gelas kimia yang berlabel B  mencari minimal 20 Paramecium sp  dengan menggunakan mikroskop
5.      Masukan  jerami kering yang telah di potong kecil pada gelas kimia yang berlabel A.
6.      Masukan minimal 20 Paramecium sp dari gelas kimia yang berlebel  B ke gelas kimia yang berlabel A
7.      Tutuplah gelas kimia yang berlabel  A dengan plastik  dan ikat dengan karet serta  beri lubang .
8.      Simpan gelas kimia yang berlabel A di tempat  yang aman.
9.      Simpan selama  4 hari.
10.  Menyiapkan air sawah sebanyak 500 ml pada Gelas kimia yang berlabel C.
11.   kemudian panaskan dengan suhu 1000c kemudian dinginkan sampai suhu 370C
12.  Setelah 4 hari. Gelas kimia yang berlabel A, dicari minimal  20 paramecium untuk pembibitan.
13.  Gelas kimia yang berlabel C yang sudah dingin, kemudian masukan jerami yang sudahdi potong kecil
14.  Masukan minimal 20 paramecium kedalalam gelas kimia yang berlabel C kemudian tutup dengan mengguankaan plastic  dan di ikat dengan karet yang sudah di beri lubang.
15.  Dilakukan pengulangan selang 4 hari selama 2 minggu.

          Langkah ke-II     : mengetahui siklosis dan pengeluaran
1.      Mempersiapkan alat dan bahan
2.      teteskan satu tetes air kultur Paramecium sp  pada objek gelas dan taburkan sedikit kapas untuk mengurangi pergerakan dari Paramecium sp, kemudian amati di bawah mikroskop
3.      teteskan sedikit cairan suspense ragi sebagai sumber pakan bagi Paramecium sp .
4.      Mengamati bagaimana terbentuknya vakuola makanan dengan gerakan vakuola (sikloisis) sampai mencapai anus .






I.                   V.  Landasan Teori
Sistem pencernaan terbagi atas dua yaitu sistem pencernaan intraseluler dan ekstraseluler, sistem pencernaan intraseluler contohnya pada invertebrata seperti amoeba sp, Paramecium sp dll.
Paramecium ini berukuran sekitar 50-350É°m. yang telah memiliki selubung inti (Eukariot). Protista ini memiliki dua inti dalam satu sel, yaitu inti kecil (Mikronukleus) yang berfungsi untuk mengendalikan kegiatan reproduksi, dan inti besar (Makronukleus) yang berfungsi untuk mengawasi kegiatan metabolisme, pertumbuhan, dan regenerasi.
Paramecium bergerak dengan menggetarkan silianya, yang bergerak melayang-layang di dalam air. Cara menangkap makanannya adalah dengan cara menggetarkan rambut (silianya), maka terjadi aliran air keluar dan masuk mulut sel. Saat itulah bersamaan dengan air masuk bakteri bahan organik atau hewan uniseluler lainnya. memiliki vakuola makanan yang berfungsi untuk mencerna dan mengedarkan makanan, serta vakuola berdenyut yang berguna untuk mengeluarkan sisa makanan.
Paramecium memakan mikroorganisme seperti bakteri, alga, dan ragi. paramecium menggunakan silia untuk menyapu makanan bersama dengan air ke dalam mulut sel setelah jatuh ke dalam alur lisan. Makanan berjalan melalui mulut ke dalam tenggorokan dalam sel. Jika ada cukup makanan di dalamnya sehingga telah mencapai ukuran tertentu, melepaskan diri dan membentuk vakuola makanan.  Vakuola makanan berjalan menuju sel. Lalu bergerak sepanjang enzim dari sitoplasma masuk vakuola dan mencernanya. Makanan dicerna kemudian masuk ke dalam sitoplasma dan vakuola semakin kecil dan lebih kecil. Ketika vakuola mencapai pori anal limbah sisa belum dicernakan akan dihapus. Paramecium dapat mengeluarkan trichocyts ketika mereka mendeteksi makanan, dalam rangka untuk lebih menangkap mangsanya. Trichocyts ini diisi dengan protiens. Trichocysts juga dapat digunakan sebagai metode pertahanan diri. Paramecium adalah heterotrophs. bentuk umum mereka dari mangsanya adalah bakteri. Hewan ini banyak hidup di air tawar, mudah ditemukan pada sisa tumbuhan yang membusuk.




 

VI.         Hasil Pengamatan 














Gambar hasil pengamatan dari mikroskop yang disalin ke lembar kerja





 video Paramecium caudatum sebelum diberikan larutan suspensi ragi





I.                   VII. Pembahasan

Klasifikasi
Kingdom              : Animalia
Fillum                   : Protozoa
Kelas                     : Cilliata
Ordo                     : Holotrichida
Famili                    : Holotrichidae
Genus                    : Paramecium
Spesies                  : Paramecium caudatum

Paramecium merupakan salah satu spesies dari kelas Ciliata. Sistem pencernaan Paramecium caudatum merupakan pencernaan intraseluler yang terjadi di vakuola makanan. Untuk mengetahui proses pencernaan pada Paramecium caudatum dilakukan pembuatan kultur murni Paramecium caudatum.
Pada kultur murni, media yang digunakan berupa air rendaman jerami  yang pada setiap 4 hari sekali dilakukan pemindahan. Pemindahan tersebut dilakukan sebanyak 3 kali. Pada pemindahan pertama dihasilkan Paramecium caudatum yang cukup banyak tetapi ukurannya kecil. Sedangkan pada pemindahan yang kedua dihasilkan Paramecium caudatum yang ukurannya besar dan kecil dengan perbandingan yang tidak seimbang karena ukuran Paramecium caudatum yang kecil lebih dominan. Kemudian, pada pemindahan terahir dihasilkan Paramecium caudatum yang banyak dengan ukuran yang besar. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa ukuran Paramecium caudatum yang kecil dipengaruhi beberapa faktor diantaranya yaitu karena jerami yang dipakai pada pengulangan ke-1 dan ke-2 merupakan jerami yang sangat kering dan masih segar terutama digunakan bagian batangnya jadi selama 4 hari penyimpanan tidak terjadi pembusukan pada jerami tersebut sehingga sumber pakan bagi Paramecium caudatum sedikit, dan faktor lainnya mungkin karena pada saat dilakukan pemindahan Paramecium caudatum, mikroorganisme tersebut sedang melakukan pembelahan sehingga ketika diamati di bawah mikroskop ukurannya sangat kecil tetapi jumlahnya banyak. Adapun pada saat praktikum jumah Paramecium caudatum sangat banyak dan ukurannya cukup besar, hal tersebut dikarenakan pada saat pengulangan ke-3 kami menggunakan jerami yang sudah layu dan digunakan bagian daunnya sehingga terjadi pembusukan yang sempurna dan sumber pakan bagi Paramecium caudatum dapat terpenuhi serta pertumbuhannya menjadi cepat.
Untuk mengetahui proses siklosis pada pencernaan Paramecium caudatum, kami melakukan pengamatan dengan memasukkan satu tetes air kultur murni kedalam gelas objek kemudian diamati di bawah mikroskop. Setelah ditemukan adanya Paramecium caudatum selanjutnya kami membubuhkan sedikit kapas untuk mengurangi pergerakan dari paramecium  dan menambahkan larutan suspense ragi sebanyak satu tetes yang digunakan sebagai makanan untuk Paramecium caudatum . selain menambahkan larutan suspense ragi kami juga melakukan perbandingan dengan menambahkan larutan suspense ragi yang ditambahkan dengan carmine untuk mendeteksi perubahan pH pada saat terjadi proses pencernaan makanan dalam vakuola makanan Paramecium caudatum berdasarkan pada perubahan warna yang ditimbulkan. Dari pengamatan yang dilakukan dapat terlihat pergerakkan vakuola makanan atau yang disebut dengan gerak siklosis pada proses pencernaan Paramecium caudatum. Vakuola makanan merupakan organel yang berfungsi untuk menerima makanan, mencerna makanan, dan mengedarannya ke seluruh bagian sel dengan cara mengelilingi sel. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk. 
Pencernaan makanan di dalam vakuola makanan terjadi pada saat vakuola makanan bergerak di dalam sitoplasma, yang disebut dengan gerak siklosis. Proses pencenaan tersebut dibantu dengan beberapa enzim pencernaan, enzim yang terlibat adalah protease, karbohidrase, dan esterase yang disekresikan oleh lisosom ke dalam vakuola makanan.
Ketika sediaan makanan berupa ragi masuk ke dalam vakuola makanan, keadaan vakuola makanan yang pada awalnya bersifat basa akan berubah menjadi bersifat asam untuk mengoptimalkan  kerja enzim-enzim yang dihasilkan oleh lisosom. Setelah proses pencernaan makanan selesai, maka vakuola makanan dan lisosom yang awalnya berfusi akan berpisah kembali. Lisosom terpisah dari vakuola makanan dengan membawa enzim-enzim yang tadi dibawanya. Hal ini menyebabkan suasana pada vakuola makanan kembali menjadi basa. Vakuola makanan yang bergerak secara siklosis akan mengecil ukurannya secara bertahap karena proses digesti dan absorpsi. Pergerakkan dari vakuola makanan terjadi secara melingkar searah jarum jam.
Pada saat praktikum kami tidak bisa melihat dengan jelas perubahan Ph yang terjadi selama proses pencernaan berlangsung dikarenakan oleh pemberian carmine yang sedikit. Hal itu kami lakukan karena penambahan carmine yang terlalu banyak bisa menyebabkan sel dari Paramecium caudatum menjadi rusak dan pecah sehingga akan  menyebabkan kematian.
Bagaimana terjadinya vakuola makanan ?
Vakuola makanan terbentuk karena adanya makanan yang masuk. Awalnya makanan masuk ke dalam sel melalui “rongga mulut” (oral groove), lalu masuk ke dalam sitostoma. Kemudian makanan akan didorong masuk ke dalam sitofaring dengan bantuan gerakan silia dan dorongan air yang masuk. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring, vakuola makanan akan dibentuk. 

Apakah vakuola makanan itu bergerak ?
Ya, vakuola makanan bergerak
Jika bergerak kemanakah arahnya dan berapa lama sampai terjadinya defekasi ?
Vakuola makanan bergerak searah jarum jam tetapi kami tidak mengetahui secara pasti lama waktu sampai terjadinya defekasi dikarenakan oleh pergerakan dari Paramecium yang sangat aktif dan cepat.


VII.      Kesimpulan
Setelah kami melakukan praktikum dapat kami simpulkan bahwa, proses pencernaan paramecium terjadi secara intraseluler lebih tepat nya pada vakuola makanan dengan cara pagositosis dan terjadi dengan gerak siklosis. Siklosis adalah pergerakan atau aliran yang melingkar (rotasi) di dalam sitoplasma. Proses nya yaitu pertama – tama makanan masuk ke dalam sel melalui rongga mulut (oral groove), kemudian masuk kedalam sitostoma (mulut). Pada saat sampai di mulut makanan di dorong dimasukkan ke dalam sitofaring. Ketika makanan mencapai bagian dasar sitofaring  vakuola makanan baru terbentuk. Pencernaan makanan di dalam vakuola terjadi pada saat vakuola makanan tersebut bergerak didalam sitoplasma (gerak siklosis). Gerak siklosis dimulai dari mulut ke arah posterior, kemudian ke arah anterior dan aboral, selanjutnya kembali ke posterior. Dan pengeluaran sisa pencernaan melalui sitopage (anus). Sitopage terletak di posterior (mulut).


III.             IX.  Daftar Pustaka
Soewolo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta : DIKTI Departemen Pendidikan Nasional.

Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Bandung : ITB


Rusyana, Adun. (2011). Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.


























Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM SARAF DAN OTOT PADA KATAK

Proses Oksidasi dan Proses Respirasi

Mengukur Kadar Hemoglobin (Hb) Darah